Sabtu, 15 Februari 2014

Memburu Motor Donor


Mari berburu motor donor (donor bike). Sesuai kriteria, saya akan menggunakan motor Yamaha Scorpio tahun 2006. Tahun-tahun sesudahnya mesinnya sama kok, hanya tampilan yang berbeda. The Scorpion King –varian tahun 2014- juga menggunakan mesin yang sama persis.
Karena yang saya butuhkan hanya mesinnya saja, makanya yang dicari Scorpio Z 2006. Scorpio diterbitkan tahun 2001. Mesin yang dipakai sama, tidak ada perubahan sampai sekarang. Penambahan terakhir tahun 2006, ditambahkan air induction system (AIS). Jadi 2006 merupakan tahun terlama dengan mesin versi terakhir.
Tahun 2006 dipilih karena produksi terlama tapi mesinnya sama, harga mestinya murah. Bisa saja beli tahun 2008, tapi harga lebih mahal, padahal mesinnya sama saja. Mesin yang diekspor ke Jepang, yaa versi ini. Dengan cc ditambah menjadi 250cc. Mudah-mudahan ndak salah kesimpulan. Saya putuskan memburu Scorpio Z tahun 2006.
Dari mana saya berburu? Tentunya dari internet. Mulailah saya jelajahi website macam Toko Bagus, Berniaga, Pos Kota dan lain-lain. Secara khusus, saya minta tolong dengan Driver H untuk tanya kiri-kanan, barangkali ada yang menjual Scorpio. Karena kesibukan saya, Driver H saya tugaskan untuk melakukan survei apabila ada motor yang menarik perhatian.
Panduan utama dalam berburu adalah pesan Mas A the builder. Tahun produksi tidak penting, yang penting mesinnya bagus! Pengalaman Mas A dengan Scorpio terakhir, ternyata mesinnya payah. Jeroannya amburadul, perlu banyak suku cadang yang harus diganti. Menyedot biaya geto.
Dari hasil eksplorasi tersebut, ada beberapa kesimpulan. Pertama, hukum besi, semakin tua umur motor, harga semakin murah. Kalau ada Scorpio berumur tua (2001 atau 2002) minta harga di atas Rp 7 juta (per akhir 2013/awal 2014), mungkin ada yang spesial. Mesin tua, kilometer entah sudah berapa, mestinya sudah banyak masalah. Alasannya biasanya, mesin Yamaha Scorpio tahun-thun awal masih diimpor dari Jepang.
Pendapat saya, lupakan “Pio” tua dengan harga tinggi. Jangan-jangan penjualnya nggak ngerti harga jual, atau terlanjur nilai belinya dulu ketinggian, atau butuh uang (BU), atau yaa kondisinya sangat baik. Saya putuskan untuk menghindari mesin tua, cari yang segeran. Maklum ndak terlalu paham mesin.
Kesimpulan kedua, beli motor di Jakarta!. Survei internet membuktikan bahwa harga di Jabodetabek lebih murah dibanding kota-kota lain se Indonesia. Pio 2006 di kota Mas A the builder bisa mencapai 12 -13 juta perak. Di Jakarta bisa lebih murah beberapa juta. Di luar Jawa harga bisa lebih mahal lagi.
Karena secara KTP saya ini penduduk Jakarta, maka saya cari motor dengan yang terdaftar di DKI Jaya. Kalau motornya terregister di daerah lain, ada biaya mutasi euy. Ribet pula ngurus narik suratnya. Ada Pio murah dan tahunnya relatif baru yang diiklankan di Bandung. Suratnya register propinsi Ujung Barat Indonesia. Eta kumaha ngurus nglepas suratna ti diditu? Kapan penjualnya di Bandung bisa narik surat dari sono? Kalau anda mau ambil resiko seperti itu mah mangga wee, abdi mah henteu.
Lalu ketiga, mamang jeung bibi, cermati iklan berulang. Ini artinya motor tersebut belum laku. Ada potensi harga bisa turun! Luangkan waktu betul untuk mengecek halaman website beberapa hari ke belakang. Iklan di hari kerja biasanya lebih sedikit dibanding akhir minggu. Ada potensi harga juga lebih murah, khususnya apabila iklan pertama di hari Sabtu atau Minggu, dan iklan kedua di Selasa atau Rabu.
Keempat, oom dan tante, motor disurvei langsung. Bahasa iklan “motor mulus”, “mesin terawat”, “kondisi siap pakai”, “ban besar” dlsb, harus dibuktikan di lapangan. Anda percaya, karena anda lihat barangnya khan?
Pengalaman menunjukkan, sering ada perbedaan antara bahasa iklan dengan kenyataan di lapangan. Bilangnya body mulus, siap pakai, eh baret-baret dan penyok dikit. Tertulis mesin tokcer, siap pakai, lho kok ternyata sulit dinyalakan. Mesin terawat, eh pas gas dipuntir knalpot ngebul.
Pasang mata betul ke penampakan mesin. Jangan ada bekas-bekas bocor. Jangan ada retakan. Ada garis di mesin, saran saya raba deh siapa tahu itu retakan.
Saat mensurvei, coba dirasakan feeling si penjual. Kenapa dia menjual?. Kalau dia seminggu dua minggu sebelumnya berhenti kerja, barangkali sedang BU. BU berarti ada potensi harga turun. Kalau motor jarang dipakai, barangkali dia sudah bosen. Kalau dia mau ganti ke motor matik yang lebih murah dan irit BBM, nah ini salah satu kondisi yang dicari. Biasanya yang penting motor terjual. Kalau dia cuek-cuek saja, diajak ngomong pura-pura sibuk, ditelpon susah, disms nggak respons, tinggalkan saja cari penjual lainnya.
Kelima, cek surat-suratnya. Ada yang ngaku nomor DKI ternyata maaf pak Jabodetabek maksud saya. Masih Polda Metro kok pak. Saya ingin motor itu resmi punya saya. Bapak ibu ternyataaa … banyak pemilik motor yang malas bayar pajak!! Ada yang mati setahun, 2 tahun, ada lagi yang pajaknya mati bertahun-tahun. 
Ada yang aneh. Pio 2009 dikasih harga murah banget, 7 juta. Kondisi bagus, lha motor 2009. Pajak sampai berapa bulan lagi. STNK ada, tapi dokumen BPKB katanya di bank di kabupaten asalnya. Punya utang berapa pak?, tanya Driver H. Rp 5 juta mas H, jawabnya.
Ujung-ujungnya dia mau harga Rp 6 juta. Saya tawarkan proposal, bagaimana kalau saya bayar Rp 5 juta dulu, buat bayar utang. KTP dan SIM anda saya pegang. Sisanya Rp 1 juta lagi saya bayar setelah dokumen BPKB anda kasih ke saya. Tidak pak, jawabnya. Bapak bayar Rp 6 juta sekaligus. Lha BPKP gimana mas? Tanya Driver H. Nanti saya antar ke mas H. Wah … tanda-tanda nggak beres niy.
Proses yang saya lakukan sekitar 3 minggu, sampai mendapatkan motor yang paling potensial. Driver H mengatakan ada teman ponakannya yang mau jual motor Scorpio Z 2006. Kondisinya katanya baik. Lalu saya kirim mas H untuk survei. BBM dia singkat saja, ini motor terbaik pak! Ada foto Pio warna hitam. Buka harga di atas 10 juta.
Lalu proses tawar menawar terjadi. Melalui Driver H saya bilang, sampaikan ke dia kalau saya benar-benar mau beli motor. Kalau harga di atas 10 juta, saya tidak berminat. Tapi kalau harga bisa turun di bawah 10 juta, saya siap beli. Akhirnya harga turun di bawah 10 juta.
Saya pun datang untuk membayar. Cek surat-surat, cocok semua. Saya coba sendiri, kondisinya sangat baik. Body baik, ndak mulus-mulus amat tapi terawat. Electric dan kick starter berjalan baik. Lampu OK. Per masih orisinil. Tidak ada bekas baret dan bocor di mesin. Bismillah, done. Motor pun terbeli.
Sampai di rumah, motor saya coba putar-putar sampai hampir 100 km/jam. Tidak ada keluhan sama sekali. Rem OK. Asik, sudah lama nggak ngebut naik motor.
Saya telpon Mas A the builder untuk koordinasi tentang pengiriman. Saya minta ke dia agar limbah sisa Scorpio dikirim balik ke saya. Lalu saya tanya lagi tentang bore up. Jawabannya masih sama, ndak usah di bore-up. Porting polish mas? tanya saya. Bisa saja pak, jawabnya. Tapi saya masih ingin punya mesin yang powernya baik. Gini saja pak, kata Mas A the builder, Sebelum mesin dinaikkan ke rangka, kita diskusikan lagi ya. OK deh.
Motor telah dikirim. Mas A the builder bilang kalau kondisi mesinnya baik. Beda dengan Pio sebelumnya yang dia garap. Alhamdulillah, saya sukses berburu. Salaam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar