Modifikasi motor adalah kreasi yang banyak ragamnya. Orang tentu
saja bisa sama atau berbeda selera. Satu hal yang pasti, setiap pemilik mesti
menentukan tipe motor seperti apa yang akan dia bangun.
Sebagai orang yang awam tapi ingin sekali memiliki motor
modif, saya harus meluangkan waktu untuk belajar. Tipe motor modif ternyata
banyak. Nampaknya tidak ada batas yang jelas antara satu tipe dengan lainnya.
Ada tipe café racer, seperti motor balap tahun
1950-60an. Posisi duduk condong ke depan. Banyak foto
menunjukkan malah pengendara nunduk abis ala posisi pembalap MotoGP. Bentuknya
relatif aerodinamis, desainnya minimalis, dan tangki ramping. Sektor mesin dioprek
agar kinerja maksimal, terutama untuk menciptakan akselerasi secepat kilat.
Kalau akselerasi menjadi prioritas terpenting, pilihlah tipe drag. Model ndak neko-neko tapi …
ngueng … tahu-tahu sudah di depan.
Ada chopper, ada bobber. 2 tipe “er” ini unik, karena
keduanya punya unsur “terpotong” (chop dan bob). Dulu model rambut pendek cewek
disebut model bob. Kalau bobber rangkanya pasti terpangkas, ban gambot pula.
Sulit membayangkan bobber dengan ban yang tipis he he he. Soal rangka, chopper
umumnya lebih radikal dari bobber. Garpu depan chopper sering panjang. Ban
belakang sering lebih gede dibanding depan. Pokoknya moge banget dah.
2 “er” lainnya yaitu street fighter dan street tracker, kira2
untuk menjelajah jalan raya atau jalan yang rada buruk. Ekor sering buntung
menggantung. Performa mesinnya mestinya sudah ditingkatkan supaya bisa lebih
ngebut. Tambah lagi flat tracker, nampaknya untuk jalan tanah yang rata.
Untuk off road kita kenal trail. Kembang ban harus nonjol,
agar mampu mengarungi medan buruk. Knalpot naik ke belakang (under tail). Torsi mesin wajib kuat.
Sektor kakinya khas, panjang dan kuat. Pendek kata tahan banting. Varian
terakhir di kategori ini yaa tipe supermoto. Mampu jalan tanah, tapi lebih
tepat untuk jalan raya. Bannya on road. Saya baru nemu istilah baru yaitu
dirt bike.
Ada orang yang ingin membangun motor terinspirasi tipe motor
tertentu yang terkenal. Di internet bahkan ada yang membangun motor modif plek
seperti motor idamannya.
Ada juga yang menjaga nuansa tipe asli motor tersebut, tapi
menguatkan detil pembeda. Motor bebek Honda C-70 misalnya, tetap ketahuan
karakter aslinya. Underbone kokoh tetap nyata terlihat. Namun dikuatkan dengan
ban gambot, rangka belakang dipotong, lalu ban belakang nongol karena minim atau
tidak ada spakbor. Keunikan cat menguatkan perbedaan sekaligus memunculkan
karakter, penggunaan air brush misalnya.
Ada lagi Jap style, model Jepang. tapi jok yang lurus
sejajar dasar tangki. Rangka belakang kerap dipapas habis. Jok tipis berkesan
lancip di belakang. Ringan, simpel, tapi tetap eksotis. Tipe scrambler,
mengesankan campur aduk seperti telur orak-arik (scrambler egg). Brat style,
yang katanya nama bengkel di Jepang sana. Kalau betul, hebat bengkelnya, jadi
trendsetter dunia gitu loh. Foto-foto ketiga tipe ini banyak sekali yang ciamik
memikat hati saya.
Banyak ragam lain. Tentukan selera, supaya jejek alias tidak terombang-ambing
ide sendiri atau ide orang lain.
Saya sukanya motor yang seperti era PD II. Besar, gagah, mesin
kesannya kuat, stang rada melengkung, dan ada unsur army look. Tapi entah mengapa,
maaf betul ya, sampai saat ini saya tidak suka Harley Davidson, apapun tipenya. Untuk
orang yang jarang naik motor seperti saya, langsung jump ke cc besar, kayaknya
kok bukan pilihan logis. Stang tinggi alias hanging monkey, bukan pilihan. Chopper
maaf, jap kok simpel banget ya, trail lain kali, supermoto pengin tapi belum
dululah.
Buat saya, menyetir motor sambil bungkuk seperti café racer atau
drag terbayang sangat tidak nyaman. Posisi tulang punggung dan titik tumpu di selangkangan tidak alamiah. Sebagai disclaimer, mengaku kalau ndak suka ngebut. Menempuh
jarak secepat-cepatnya, menurutku bukanlah opsi berkendara yang menarik. Naik
motor santai, posisi badan bisa tetap tegak, tengok kiri kanan menikmati
perjalanan … alangkah enaknya!
Menurut saya, motor modif idealnya adalah kreasi seni. Ia
menggambarkan keinginan pemiliknya, dan kreasi buildernya. It’is art, based on
their imagination. Unsur custom harus kuat, jauh dari kesan konfigurasi serangkaian spare parts after market. Keunikan motor yang saya
bangun harus terlihat sejak menit pertama dipandang orang.
Last but not least, safe (an obligatory) and road legal
(best I can do, balancing practicality goal vs regulatory constraint).
In His Name, mudah-mudahan menjadi motor yang indah. Salaam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar