Sabtu, 18 Januari 2014

Memilih Tipe Modifikasi


Modifikasi motor adalah kreasi yang banyak ragamnya. Orang tentu saja bisa sama atau berbeda selera. Satu hal yang pasti, setiap pemilik mesti menentukan tipe motor seperti apa yang akan dia bangun.
Sebagai orang yang awam tapi ingin sekali memiliki motor modif, saya harus meluangkan waktu untuk belajar. Tipe motor modif ternyata banyak. Nampaknya tidak ada batas yang jelas antara satu tipe dengan lainnya.
Ada tipe café racer, seperti motor balap tahun 1950-60an. Posisi duduk condong ke depan. Banyak foto menunjukkan malah pengendara nunduk abis ala posisi pembalap MotoGP. Bentuknya relatif aerodinamis, desainnya minimalis, dan tangki ramping. Sektor mesin dioprek agar kinerja maksimal, terutama untuk menciptakan akselerasi secepat kilat. Kalau akselerasi menjadi prioritas terpenting, pilihlah tipe drag. Model ndak neko-neko tapi … ngueng … tahu-tahu sudah di depan.
Ada chopper, ada bobber. 2 tipe “er” ini unik, karena keduanya punya unsur “terpotong” (chop dan bob). Dulu model rambut pendek cewek disebut model bob. Kalau bobber rangkanya pasti terpangkas, ban gambot pula. Sulit membayangkan bobber dengan ban yang tipis he he he. Soal rangka, chopper umumnya lebih radikal dari bobber. Garpu depan chopper sering panjang. Ban belakang sering lebih gede dibanding depan. Pokoknya moge banget dah.
2 “er” lainnya yaitu street fighter dan street tracker, kira2 untuk menjelajah jalan raya atau jalan yang rada buruk. Ekor sering buntung menggantung. Performa mesinnya mestinya sudah ditingkatkan supaya bisa lebih ngebut. Tambah lagi flat tracker, nampaknya untuk jalan tanah yang rata.
Untuk off road kita kenal trail. Kembang ban harus nonjol, agar mampu mengarungi medan buruk. Knalpot naik ke belakang (under tail). Torsi mesin wajib kuat. Sektor kakinya khas, panjang dan kuat. Pendek kata tahan banting. Varian terakhir di kategori ini yaa tipe supermoto. Mampu jalan tanah, tapi lebih tepat untuk jalan raya. Bannya on road. Saya baru nemu istilah baru yaitu dirt bike.
Ada orang yang ingin membangun motor terinspirasi tipe motor tertentu yang terkenal. Di internet bahkan ada yang membangun motor modif plek seperti motor idamannya.
Ada juga yang menjaga nuansa tipe asli motor tersebut, tapi menguatkan detil pembeda. Motor bebek Honda C-70 misalnya, tetap ketahuan karakter aslinya. Underbone kokoh tetap nyata terlihat. Namun dikuatkan dengan ban gambot, rangka belakang dipotong, lalu ban belakang nongol karena minim atau tidak ada spakbor. Keunikan cat menguatkan perbedaan sekaligus memunculkan karakter, penggunaan air brush misalnya.
Ada lagi Jap style, model Jepang. tapi jok yang lurus sejajar dasar tangki. Rangka belakang kerap dipapas habis. Jok tipis berkesan lancip di belakang. Ringan, simpel, tapi tetap eksotis. Tipe scrambler, mengesankan campur aduk seperti telur orak-arik (scrambler egg). Brat style, yang katanya nama bengkel di Jepang sana. Kalau betul, hebat bengkelnya, jadi trendsetter dunia gitu loh. Foto-foto ketiga tipe ini banyak sekali yang ciamik memikat hati saya.
Banyak ragam lain. Tentukan selera, supaya jejek alias tidak terombang-ambing ide sendiri atau ide orang lain.
Saya sukanya motor yang seperti era PD II. Besar, gagah, mesin kesannya kuat, stang rada melengkung, dan ada unsur army look. Tapi entah mengapa, maaf betul ya, sampai saat ini saya tidak suka Harley Davidson, apapun tipenya. Untuk orang yang jarang naik motor seperti saya, langsung jump ke cc besar, kayaknya kok bukan pilihan logis. Stang tinggi alias hanging monkey, bukan pilihan. Chopper maaf, jap kok simpel banget ya, trail lain kali, supermoto pengin tapi belum dululah.
Buat saya, menyetir motor sambil bungkuk seperti café racer atau drag terbayang sangat tidak nyaman. Posisi tulang punggung dan titik tumpu di selangkangan tidak alamiah. Sebagai disclaimer, mengaku kalau ndak suka ngebut. Menempuh jarak secepat-cepatnya, menurutku bukanlah opsi berkendara yang menarik. Naik motor santai, posisi badan bisa tetap tegak, tengok kiri kanan menikmati perjalanan … alangkah enaknya!
Menurut saya, motor modif idealnya adalah kreasi seni. Ia menggambarkan keinginan pemiliknya, dan kreasi buildernya. It’is art, based on their imagination. Unsur custom harus kuat, jauh dari kesan konfigurasi serangkaian spare parts after market. Keunikan motor yang saya bangun harus terlihat sejak menit pertama dipandang orang.
Last but not least, safe (an obligatory) and road legal (best I can do, balancing practicality goal vs regulatory constraint).
In His Name, mudah-mudahan menjadi motor yang indah. Salaam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar